Hujan di Jakarta Terungkap Mengandung Mikroplastik
Di tengah aktivitas hujan seperti biasa di ibu kota, sebuah temuan mengejutkan muncul: hujan yang turun di Jakarta ternyata mengandung partikel mikroplastik. Penelitian terbaru dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap bahwa air hujan di sejumlah wilayah ibu kota telah tercemar partikel mikroplastik. Peneliti BRIN menyebutkan, partikel mikroplastik ini berasal dari berbagai sumber, mulai dari pakaian berbahan sintetis, gesekan ban kendaraan, hingga pembakaran sampah plastik yang masih sering dilakukan di ruang terbuka.
Bagaimana Mikroplastik Bisa Turun Bersama Hujan?
Fenomena mikroplastik yang terkandung dalam hujan bukan hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga telah ditemukan di berbagai kota besar dunia. Namun, temuan di ibu kota Indonesia menjadi sorotan karena menunjukkan betapa parahnya pencemaran udara akibat aktivitas urban yang padat.
Menurut laporan Kemenkes, proses terbentuknya hujan mikroplastik dimulai ketika partikel plastik berukuran sangat kecil beterbangan di udara. Partikel ini kemudian menempel pada uap air di atmosfer, membentuk inti kondensasi yang akhirnya menjadi tetesan hujan. Begitu presipitasi terjadi, mikroplastik ikut turun bersama air hujan, mencemari tanah, sungai, bahkan sistem air bersih di permukiman padat.
Data BRIN menunjukkan, rata-rata terdapat sekitar 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari yang turun melalui hujan di wilayah pesisir Jakarta. Jenis plastik yang paling sering ditemukan adalah polyester, nilon, dan polietilena, bungkus makanan, dan peralatan rumah tangga.
Bahaya yang Mengintai Tubuh Manusia
Meskipun belum ada bukti langsung bahwa mikroplastik dalam air hujan menyebabkan penyakit tertentu, para ahli kesehatan memperingatkan adanya potensi bahaya jangka panjang. Pakar kesehatan lingkungan menjelaskan bahwa partikel mikroplastik bisa masuk ke tubuh manusia melalui udara yang dihirup, air yang diminum, atau makanan yang terkontaminasi.
Partikel ini berukuran sangat kecil, bahkan sebagian berukuran nano, sehingga dapat menembus jaringan tubuh. Sejumlah penelitian internasional menemukan mikroplastik di paru-paru, darah, bahkan plasenta manusia. Zat kimia yang terkandung dalam plastik, seperti bisfenol A (BPA) dan ftalat, diketahui dapat mengganggu sistem hormon dan memicu stres oksidatif pada sel tubuh. Dalam jangka panjang, paparan berlebih dapat meningkatkan risiko peradangan kronis, gangguan hormon, serta potensi kerusakan organ.
Langkah Mencegah Bahaya Mikroplastik bagi Kesehatan
Beberapa tindakan pencegahan berikut dapat membantu menekan dampak mikroplastik terhadap kesehatan sehari-hari.
Hindari menggunakan air hujan secara langsung untuk konsumsi. Air hujan sebaiknya tidak digunakan tanpa proses penyaringan atau pemasakan terlebih dahulu. Peneliti BRIN mengingatkan bahwa meskipun tampak jernih, air hujan di Jakarta bisa mengandung partikel mikroplastik yang tidak terlihat oleh mata.
Gunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, terutama setelah hujan. Mikroplastik yang terbawa angin bisa ikut terhirup oleh manusia. Kementerian Kesehatan menyarankan penggunaan masker sebagai perlindungan tambahan, terutama bagi masyarakat yang sering berada di jalan raya atau kawasan padat kendaraan.
Kurangi penggunaan plastik sekali pakai. Kantong plastik, gelas, dan botol sekali pakai menjadi sumber utama partikel mikroplastik. Mengganti produk plastik dengan bahan ramah lingkungan seperti kaca, logam, atau kain dapat mengurangi potensi pencemaran dari rumah tangga.
Hindari pembakaran sampah terbuka. Pembakaran plastik menghasilkan partikel berbahaya yang bisa naik ke udara dan ikut dalam siklus hujan. Sebaiknya, sampah dipilah dan didaur ulang atau dikirim ke tempat pengelolaan yang sesuai.
Dukung kebijakan pengurangan polusi plastik. Upaya pemerintah seperti pembatasan plastik sekali pakai, peningkatan fasilitas daur ulang, serta penelitian lingkungan perlu didukung oleh masyarakat agar pengendalian polusi bisa berjalan efektif.
Optimalkan proses pembuangan racun dari dalam tubuh. Proses detoksifikasi diperlukan untuk mengeluarkan mikroplastik yang sudah masuk ke dalam tubuh. Tubuh secara alami sudah memiliki sistem detoksifikasi, tetapi proses ini dapat terhambat oleh gaya hidup tidak sehat dan kurangnya zat gizi yang diperlukan dalam proses detoksifikasi seperti Glutathione, Vitamin A, C, E dan B serta herbal Milk Thistle.
Mengonsumsi suplemen dengan kandungan herbal dan vitamin yang berfungsi untuk menjaga kesehatan organ detoks seperti liver, ginjal dan usus besar sangat diperlukan untuk membantu menetralisir atau membuang zat-zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh, termasuk mikroplastik. Beberapa suplemen yang dapat mengoptimalkan detoksifikasi:
Nutrimax Glutoxidant: Mengandung Emothione® - glutathione generasi terbaru (S-Acetyl Glutathione) yang tidak mudah dirusak oleh asam lambung serta bentuk paling stabil yang dapat meningkatkan kadar glutathione dalam sel. Dikombinasikan dengan Milk Thistle untuk mengoptimalkan proses detoksifikasi. Plus Vitamin B, C, E serta Selenium dan Zinc (OptiZinc®) sebagai bahan pembentuk glutathione. Beli di sini
Nutrimax Livomax: Kombinasi Milk Thistle dan ekstrak herbal lainnya yang dapat mengoptimalkan fungsi organ hati/liver dan ginjal dalam proses pembuangan racun, terutama mikroplastik. Nutrimax Livomax bekerja dengan membantu regenerasi sel hati serta menjaga kesehatan liver dan ginjal. Beli di sini
Nutrimax Livogard: Kandungan Milk Thistle Seed Extract dan Curcuma domestica Rhizoma Extract dapat menjaga kesehatan dan melindungi sel liver dari racun dan peradangan yang dapat membahayakan tubuh. Beli di sini
Nutrimax Green Max: Kombinasi 2 superfood yaitu Chlorella dan Spirulina yang bekerja secara sinergis untuk membantu mengoptimalkan pembuangan racun dan logam berat yang dapat mengganggu keseimbangan sistem metabolisme tubuh serta dapat menjaga keseimbangan bakteri baik di usus. Nutrimax Green Max aman dikonsumsi oleh semua usia sejak anak-anak sampai lansia termasuk ibu hamil dan menyusui. Beli di sini
Meski dampak kesehatannya belum sepenuhnya dipahami, bukti-bukti awal sudah cukup untuk mendorong tindakan nyata dari semua pihak. Hujan yang seharusnya membersihkan udara kini justru membawa partikel plastik tak kasatmata, sebuah peringatan bahwa perubahan perilaku terhadap plastik tidak bisa ditunda lagi.
Sumber:
BBC. 2025. Mikroplastik dalam air hujan di Jakarta - Link
BRIN. 2025. Air Hujan Jakarta Mengandung Mikroplastik, BRIN Ingatkan Bahaya Polusi - Link
Kemenkes. 2025. Mikroplastik Ada di Air Hujan, Apa Dampaknya Buat Tubuh? - Link