Waspada DBD di Musim Hujan: Perkuat Imunitas dan Lingkungan Bersih
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali meningkat di berbagai daerah. DBD merupakan penyakit yang hingga kini masih menjadi momok di berbagai daerah di Indonesia terutama di kota-kota besar. Tingginya mobilitas penduduk, kepadatan hunian serta kurang terjaganya kebersihan lingkungan menjadi faktor utama penyebaran penyakit ini.
Penyebab Penyakit DBD
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pada musim penghujan seperti saat ini, dimana genangan air banyak terbentuk merupakan tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak.
Berdasarkan data dari Kemenkes, jumlah kasus DBD sempat mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2022, tercatat 143.176 kasus dengan 1.236 kematian. Angka ini menurun pada tahun 2023 menjadi 114.720 kasus dengan 894 kematian. Namun, perubahan signifikan terjadi pada tahun 2024 dengan 244.409 kasus dengan 1.430 kematian. Sedangkan data per Oktober 2025 terdapat 131.393 kasus dengan 544 kematian yang membuat Indonesia menjadi penyumbang sekitar 7 persen dari kasus DBD global.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berkomitmen untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat DBD melalui berbagai upaya pencegahan dan pengendalian. Komitmen ini diwujudkan dalam target nasional “Indonesia Zero Dengue Death 2030”, yaitu bebas dari kematian akibat DBD pada tahun 2030.
Siapa yang Paling Rentan Terkena DBD?
Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. dr. Eggi Arguni, M.Sc., Ph.D., Sp.A(K)., menjelaskan bahwa kelompok usia anak, terutama dibawah 10 tahun masih menjadi kelompok paling rentan terhadap infeksi dengue. Hal ini disebabkan oleh dua faktor utama yaitu sistem kekebalan tubuh anak yang belum sempurna, serta tingginya kemungkinan penularan di lingkungan sekolah dan rumah.
Gejala Penyakit DBD
Gejala utama penyakit DBD ditandai dengan demam tinggi yang dapat mencapai 39°C - 40°C dan berlangsung selama 2–7 hari. Selain itu, penderita biasanya mengalami nyeri kepala hebat, menggigil, lemas, nyeri di belakang mata, otot, dan tulang, disertai ruam kemerahan di kulit. Gejala lain yang kerap muncul meliputi mual, muntah, gusi berdarah, mimisan, serta bintik-bintik merah pada kulit akibat perdarahan di bawah kulit.
Memasuki fase kritis, suhu tubuh penderita bisa menurun secara tiba-tiba hingga terasa dingin, seolah-olah penyakitnya membaik. Padahal, fase inilah yang paling berbahaya karena dapat terjadi kebocoran pembuluh darah yang memicu sindrom syok dengue, kondisi gawat darurat yang berpotensi mengancam jiwa dan memerlukan penanganan medis segera.
Diagnosis & Pengobatan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis demam berdarah dengue (DBD). Pemeriksaan tersebut meliputi uji tourniquet untuk menilai risiko kebocoran pembuluh darah, tes antigen NS1 guna mendeteksi keberadaan virus dengue, pemeriksaan serologi IgG dan IgM dengue untuk mengetahui respons antibodi tubuh terhadap virus, serta hitung darah lengkap untuk memantau kadar trombosit dan sel darah putih.
Hingga kini belum ada obat yang secara khusus dapat membunuh virus dengue. Oleh karena itu, penanganan DBD bersifat suportif, yaitu dengan pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi, obat penurun demam untuk meredakan gejala, serta transfusi darah bila terjadi perdarahan berat.
Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pencegahan DBD dapat dilakukan dengan menerapkan Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M Plus, yaitu: Menguras tempat penampungan air, Menutup wadah-wadah penampungan air, Mengubur barang-barang bekas, Plus pencegahan tambahan, seperti fogging atau melakukan penyemprotan nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah. DBD juga bisa dicegah dengan melakukan vaksin dengue pada anak usia 9 – 16 tahun yang kini telah tersedia secara mandiri di rumah sakit atau klinik swasta.
Penurunan kasus DBD tidak serta merta menjadi alasan untuk melonggarkan kewaspadaan. Sebagai negara hiper-endemik, Indonesia terus menghadapi risiko penularan dengue sepanjang tahun, yang dapat meningkat kapan saja jika langkah pencegahan tidak dilakukan secara konsisten. Meningkatkan imunitas tubuh menjadi langkah penting untuk dapat memperkuat pertahanan alami terhadap infeksi. Asupan makanan bergizi, aktivitas fisik ringan, dan suplemen pendukung daya tahan tubuh dapat membantu sistem imun bekerja optimal melawan virus penyebab penyakit musiman seperti DBD.
Melalui kesadaran bersama dan gaya hidup sehat yang memperkuat imunitas, Indonesia dapat bergerak lebih dekat menuju cita-cita “Zero Dengue Death 2030”, menjadi bangsa yang kuat, sehat dan terbebas dari ancaman DBD. Untuk membantu mengoptimalkan daya tahan tubuh, dapat dibantu dengan konsumsi suplemen yang mengandung vitamin dan mineral penting, seperti:
Nutrimax C+ Plus mengandung kombinasi Calcium Ascorbate (Vitamin C bebas asam), Bioflavonoid, Kalsium, OptiZinc™, dan M-Gard® (Beta-1,3/1,6 Glucan). Formula ini dirancang untuk mengoptimalkan sistem pertahanan tubuh dalam melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri maupun virus, termasuk virus dengue penyebab DBD. Beli di sini.
Nutrimax Echinacea Extract mengandung Echinacea purpurea Root Extract (10:1), yang setara dengan 2.500 mg Echinacea powder yang dapat membantu menstimulasi pembentukan sel T & meningkatkan produksi interferon yang berfungsi melawan bakteri, parasit, jamur dan virus termasuk virus dengue. Beli di sini.
Nutrimax Royal Jelly mengandung min. 6% 10 HDA dan 35% protein, yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi, menambah energi dan stamina, serta mengandung zat gizi penting untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan trombosit darah. Beli di sini.
Untuk melindungi dari gigitan serangga, disarankan menggunakan krim anti repellent pada bagian tubuh yang tidak tertutup yang aman digunakan pada anak-anak serta tidak menimbulkan rasa panas dan iritasi seperti:
ÉTONNÉ Calendula Skin Care mengandung 2 – 5% ekstrak Calendula murni yang berasal dari bunga Calendula (Calendula officinalis) untuk mencegah gigitan serangga (insect repellent) dan berperan sebagai anti inflamasi yang dapat mengatasi reaksi peradangan akibat gigitan nyamuk. Beli di sini.
Sumber :
Alodokter. 2024. Demam berdarah - Link
Detikhealth. 2025. Kemenkes: 131 Ribu Orang Indonesia Kena DBD - Link
IDAI. 2017. Sekilas tentang Vaksin Dengue - Link
Kemenkes. 2025. Mengingat Pentingnya Pencegahan Dengue - Link
UGM. 2025. Anak Lebih Rentan Kena DBD - Link